Enggan Melihat Realitas, Bagaimana Cara Atasi Penyangkalan Diri?
Pada titik tertentu dalam hidup, setiap orang mengalami denial, respons alami saat Anda tidak mampu atau tidak mau menghadapi fakta. Denial atau penyangkalan tidak selalu merupakan hal yang buruk. Namun, mungkin lebih mudah mengenali orang lain daripada diri Anda sendiri. Inilah sedikit wawasan tentang penyangkalan, cara mengenalinya dalam diri sendiri dan orang lain, dan apa yang mungkin ingin dilakukan.
Apa Itu Penyangkalan Diri?
Seorang terapis dan pekerja sosial klinis di Rumah Sakit McLean, Jonathan Scholl, mengungkapkan bahwa sulit untuk melihat kehidupan Anda sendiri dan melakukan inventarisasi yang baik tentang apa yang terjadi. “Saya melihat penyangkalan sebagai penghalang diri sendiri untuk melihat perubahan yang mungkin tidak disadari,” tandas Scholl.
Dalam istilah psikologis, penyangkalan adalah mekanisme pertahanan, alat terampil yang dapat digunakan pikiran saat keadaan menjadi sulit. Anda bisa menyangkal sesuatu yang belum siap diakui atau ambil, atau sesuatu yang menantang keyakinan yang dipegang teguh.
Penyangkalan selalu disertai ketakutan mendapat rasa malu dan kehilangan muka. Ketika Anda melakukan penyangkalan untuk beberapa waktu lamanya, hal itu mulai terwujud secara fisik. Penyangkalan memicu terjadinya insomnia, sakit kepala, masalah pencernaan, depresi, ledakan kemarahan, dan seringkali kegiatan yang gila-gilaan.[1]
Ciri Perilaku Penyangkalan Diri
- Meminimalkan atau membenarkan masalah atau perilaku tidak sehat.
- Menghindari memikirkan masalah.
- Menemukan cara untuk menjustifikasi perilaku Anda atau merasionalisasikan masalah
- Menghindari mengambil tanggung jawab atas perilaku tidak sehat, atau menyalahkan mereka pada orang lain.
- Menolak untuk berbicara tentang isu-isu tertentu, dan bersikap defensif ketika subjek diangkat.
- Membandingkan keadaan diri sendiri dengan orang lain.
- Merasa putus asa.
Kabar mengejutkan seperti tentang kondisi kesehatan bisa menjadi pemicu stres. Dengan adanya fase denial, seseorang bisa melupakan sejenak problemnya, dan ketika sudah bisa lebih tenang, yang bersangkutan bisa mengambil langkah ke depan dengan lebih rasional.
Efek Penyangkalan Diri
Pada dasarnya, ketika seseorang mengalami situasi yang dirasa sangat berat untuk ditangani, maka terjadi penolakan atau penyangkalan untuk mengalami peristiwa tersebut. Dengan berpura-pura bahwa peristiwa itu tak nyata, memungkinkan mengurangi dampaknya pada diri dan bisa mengurangi kecemasan dalam jangka pendek. Misalnya, mungkin seseorang tidak bahagia dalam suatu hubungan, tetapi pikiran untuk menyendiri lebih buruk daripada pikiran untuk bersama.
Namun, dalam situasi berbahaya atau tidak sehat, penyangkalan bisa melukai Anda. Misalnya, menutup mata tentang realitas penyakit fisik atau mental dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius. Penyangkalan juga bisa menyakitkan jika melibatkan kecanduan atau pelecehan. Masalah tersebut memengaruhi setiap orang dalam keluarga, dan dapat menyebabkan pola tidak sehat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Penyangkalan bukan solusi efektif untuk mengatasi kecemasan jangka panjang, melainkan hanya sementara. Jika pada akhirnya kenyataan dari keadaan itu muncul, dan Anda harus menghadapinya, bisa jadi timbul perasaan cemas atau rasa bersalah, lalu Anda menyalahkan orang lain.
Cara Mengatasi Penyangkalan
- Penerimaan (acceptance). Menerima informasi baru yang bertentangan dengan apa yang diyakini atau ingin percayai menimbulkan rasa tidak suka atau bahkan shock. Dengan penerimaan ini, berarti Anda memilih untuk tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.
- Akomodasi (accommodation). Sikap ini memberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan informasi yang diterima, mempertimbangkan langkah selanjutnya, dan memahami situasi.
- Pengaturan (adjustment). Pada tahap ini, seseorang akan segera mencari cara untuk proses adaptasi atau melakukan perubahan dalam sikap yang dibutuhkan untuk keadaan normal.
Jika Anda telah mengenali penyangkalan dalam diri, maka disarankan untuk segera mencari bantuan. Bicaralah dengan seseorang yang dekat dengan Anda atau dapatkan pendapat dari terapis dan konselor spiritual. Setelah bertemu terapis, Anda bisa belajar menghadapi ketakutan atau kekhawatiran Anda, dan mengembangkan rencana konkret untuk berubah. Untuk mengatasi masalah kecanduan, Anda bisa melakukan panggilan pertama ke hotline gangguan penggunaan zat atau pusat pemulihan.
Sementara jika Anda mengenali penyangkalan pada orang lain dan ingin menunjukkannya, maka melangkahlah dengan sangat hati-hati. Mintalah bimbingan dari para ahli sebelum mengambil situasi yang bisa berbahaya bagi Anda atau orang lain. Jika situasinya tidak berbahaya, Anda bisa melakukan percakapan yang hangat dan empati dengan orang tersebut. Perlu diingat, beri orang tersebut waktu karena Anda tidak bisa memaksanya untuk cepat berubah.
[1] Tracy, Brian. 2009. Maximum Achievement: Kumpulan Rahasia Kesuksesan yang Tak Lekang Zaman. Jakarta: Gramedia Pustaka Indah, hlm. 285.
Leave a comment